Gundaling Dirancang Menjadi Destinasi Wisata Bertaraf Internasional - TRAVEL

Mobile Menu

Top Ads

More News

logoblog

Gundaling Dirancang Menjadi Destinasi Wisata Bertaraf Internasional

Selasa, 27 Februari 2024
Gambar : Gundaling Dirancang Menjadi Destinasi Wisata Bertaraf Internasional. Lidinews.id


Sumatera Utara, Karo, Lidinews.id - Bapak Barata Sembiring Brahmana yang memerankan Mr. Schmidtz dalam Film Layar Lebar Dari Tongging Turun Ke Hati “Perik Sidua-dua” setelah Screening Film di Cinema XXI Ciwalk, Bandung hadir dalam syuting mempromosikan Bukit Gundaling sebagai Destinasi Wisata Prioritas di dataran tinggi Karo, Minggu/17 Desember 2023.


Barata Sembiring Brahmana merupakan Tokoh Masyarakat Karo yang yang mendunia sebagai pengusaha sukses di bidang pengeboran minyak dan kontraktor.


Gambar : Gundaling Dirancang Menjadi Destinasi Wisata Bertaraf Internasional. Lidinews.id


Peran Mr. Schmidtz merupakan pengusaha sukses dari Belanda, kolega Bik Sungam di Andaliman Spice. Ia berwisata ke tanah Karo dengan maksud melihat kondisi terkini Gundaling. Ia banyak menemukan catatan-catatan penting dari orang tuanya tentang Kawasan wisata yang bernilai internasioal. Dari catatan-catatan orang tuanya, Mr. Schmidtz mengetahui bahwa ia dilahirkan di tanah Karo, 3 tahun sebelum Jepang masuk ke Indonesia.


Dalam perjalanan wisata menelusuri Kawasan Gundaling, ia didampingi tiga sahabat Jilena sebagai pemandu wisata di Berastagi; Nadine, Salma dan Wenda yang diperankan Nindy Pratiwi dan Putri Salwa Kurnia Balqis (Puteri Pendidikan) dan Wenda Yunita Tarigan (Puteri Bumi 2023).


Gambar : Gundaling Dirancang Menjadi Destinasi Wisata Bertaraf Internasional. Lidinews.id


Bapak Barata Sembiring Brahmana sendiri membawa ribuan kenangan ketika kembali menjejakkan kaki di Gundaling. Momen syuting ini sekaligus perjalanannya kembali ke masa muda sebelum meninggalkan tanah Karo. Ketika ia melihat beberapa bangunan yang didirikan kolonial Belanda, membawa kerinduannya pada masa-masa Gundaling masih begitu asri dan estetik.


“Saya meninggalkan Tanah Karo ini tahun 1974. Bukit Gundaling begitu asri, tertata dan estetik. Saya masih ingat banyak pohon-pohon pinus tumbuh dan membuat panorama semakin indah.

Villa-villa dan bungalow yang dibikin orang Belanda pun masih cantik dan terawat. Di tahun itu, Gundaling tidak seperti yang terlihat sekarang. Banyak bangunan yang tidak tertata rapi, sembarangan saja mendirikannya. Sudah begitu bangunan-bangunan bersejarah yang ada pun terkesan diabaikan.

Apalagi sampah berserak dimana-mana. Sayang sekali, Kawasan yang mestinya dikelola sesuai standart destinasi wisata internasional ini terkesan pengelolaannya asal-asalan. Tata ruangnya harus dibenahi,” ungkap Bapak Barata Sembiring Brahmana ketika menjejakkan kaki di salah satu bagian bukit Gundaling ini.


Gambar : Gundaling Dirancang Menjadi Destinasi Wisata Bertaraf Internasional. Lidinews.id


Kami mengambil lokasi kafe Busan, yang dapat menatap panorama Gunung Sinabung dan Sibayak serta hamparan perkotaan Brastagi sekaligus. Di sini banyak berdiri villa dan bungalow yang didirikan kolonial Belanda. Dari sinilah kita mengetahui bagaimana orang-orang Belanda sudah memperhitungkan tata ruang dan estetika Kawasan Gundaling.


Tidak heran bila kita menemukan beberapa catatan lama sekitar tahun 1930-an yang menguraikan tentang rancangan KPM Line; Perusahaan Pelayaran dan Perjalanan di Belanda yang hendak mensinergikan Batavia, Bengkulu, Minangkabau, Nias, Danau Toba dan Dataran Tinggi Karo sebagai Destinasi Wisata Prioritas.


Gambar : Gundaling Dirancang Menjadi Destinasi Wisata Bertaraf Internasional. Lidinews.id


Sejak 1886, Dataran Tinggi Karo sudah dilirik VOC yang dirintis NZG Belanda. Kemudian jalanan aspal dari Medan ke Berastagi mulai dirintis pembangunannya oleh Josepz Theodore Cremer, manajer N.V. de Deli Maatscahapiij yaitu Perusahaan perkebunan terbesar di Sumatera Timur pada awal abad 20.


Cremer juga yang menggagas penyaluran air bersih ke Medan yang bersumber dari Umbul air Lau Kaban Sibolangit (posisinya sekarang di tikungan PDAM Tirtanadi) pada tahun 1908.


Gambar : Gundaling Dirancang Menjadi Destinasi Wisata Bertaraf Internasional. Lidinews.id


Bukan itu saja, para investor Perusahaan asing pun di awal abad 20 sampai pertengahan abad banyak yang tergiur membangun infrastruktur pariwisata di tanah Karo. Sebut saja, misalnya: Senembah Tobacco Mij, Wingfood, RCMA, Horrison and Crosfield, Deli Spoorweg Mij, Medan Municipality, HAPM, Deli Batavia Mij, Anglo Dutch Association, Deli Tobacco Mij, BPM, Gunteal and Schumaker, SIPEF, Netherland Handel Mij, Soe Finders and Couth House, dan lain-lain.


Akhirnya, Belanda membangun bandara udara di jalan Udara, Berastagi untuk mewujudkan ambisi mereka menajdikan tanah Karo sebagai Wisata Taman Gunung Api dengan iklim trofis bertaraf internasional.


Gambar : Gundaling Dirancang Menjadi Destinasi Wisata Bertaraf Internasional. Lidinews.id


“Seingat saya, Bandara Udara yang dibangun kolonial itu masih ada di tahun 1960-an. Ini bukti betapa seriusnya orang-orang Belanda memajukan wisata tanah Karo ini. Entah apa alasan pemerintah menghentikan operasional bandara.

Ini kan bisa mempercepat perjalanan wisatawan juga kepentingan lainnya. Contoh, bila bandar aitu masih ada, ketika terjadi letusan Sinabung sampai 10 tahun, bandara udara ini dapat dimanfaatkan untuk penyaluran bantuan atau kebutuhan yang darurat.

Kalian sebagai generasi muda, coba buat terobosan-terobosan yang bisa memaksimalkan potensi wisata yang beragam di Karo, bukan hanya Gundaling,” tambah Bapak Barata Sembiring Brahmana kepada Tim Produksi Film Layar Lebar Dari Tongging Turun Ke Hati “Perik Sidua-dua”.


Gambar : Gundaling Dirancang Menjadi Destinasi Wisata Bertaraf Internasional. Lidinews.id


Salah satu faktor yang membuat bapak Barata Sembiring Brahmana ikut andil dalam film ini di Tengah kesibukannya yang padat, bahkan rela terbang dari Jakarta ke Medan hanya untuk syuting di Kawasan Gundaling.


Sebuah apresiasi tinggi terhadap daya hadir beliau dalam perjuangan dan pengorbanan memajukan tanah Karo. Apalagi Film ini bukan hanya semata-mata untuk industri, lebih jauh kehadiran film Dari Tongging Turun Ke Hati “Perik Sidua-dua” di Bioskop-Bioskop Indonesia sebagai Upaya mempromosikan ekosistem geokultur wisata yang ada di tanah Karo.


“Gegeh Persada Film memproduksi Film Layar Lebar dengan judul Dari Tongging Turun Ke Hati “Perik Sidua-dua” berangkat dari lagu karya Rahmatsys Barus berjudul Perik Sidua-dua. Film ini mengeksplor destinasi-destinasi wisata tanah Karo. Kita mempercayakan film perdana yang diproduksi kepada sumber daya manusia dari Sumatera Utara, terutama Masyarakat Karo. Film ini diproyeksikan sebagai rahim aktor, sutradara, DOP, art director dan komponen perfilman lainnya. Jadi, selain menciptakan karya berkualitas, momen ini juga dikelola untuk perkembangan pariwisata Karo,” Benson Adi Saputra Kaban menambahkan.


Gambar : Gundaling Dirancang Menjadi Destinasi Wisata Bertaraf Internasional. Lidinews.id


Di kesempatan lain, setelah syuting promosi Gundaling sebagain Destinasi Wisata Prioritas, Agus Susilo, Sutradara Film Dari Tongging Turun Ke Hati "Perik Sidua-dua” menjelaskan, "Film ini akan melahirkan Sejarah baru dunia perfilman Sumatera Utara. Dia akan menciptakan ekosistem perfilman yang kuat ke depannya. Namun yang paling istimewa, Film ini dapat digunakan sebagai media menjelaskan secara intim pada dunia, bahwa terdapat ekosistem geokultur wisata di tanah Karo yang standarnya level Internasional," katanya.


Kalau sudah begitu, apakah kita akan berhenti berjalan bagai si perlanja Sira tersesat di gua-gua? Tentu tidak. Kita terus berjalan sebagai si Perlanja Sira yang Tangguh menjinakkan arus Sungai dan berhati lembut mencintai bentangan alam dari hulu ke hilir.





Editor : Arjuna H T M





Gundaling Dirancang Menjadi Destinasi Wisata Bertaraf Internasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar