Membentang Asa Di Gardu Pandang Tongging. Cita-Cita dan Cinta Bersinergi Menata Masa Depan - TRAVEL

Mobile Menu

Top Ads

More News

logoblog

Membentang Asa Di Gardu Pandang Tongging. Cita-Cita dan Cinta Bersinergi Menata Masa Depan

Sabtu, 24 Februari 2024
Gambar : Membentang Asa Di Gardu Pandang Tongging. Cita-Cita dan Cinta Bersinergi Menata Masa Depan. Lidinews.id



Shooting Gelombang ke 6 Film Layar Lebar Perik Sidua-dua akan digelar pada Sabtu sampai Senin, 16-18 September 2023 di Gardu Pandang Tongging, Pulau Silalahi, Batu Naulibasa, Museum Jamin Ginting dan Siosar.



Lidinews.id - Pada gelombang ini akan diambil gambar scene-scene perjuangan Jilena dan para sahabatnya membangun Tongging Travel & Tourism, perpisahan Max dan Jilena akibat Covid dan peristiwa-peristiwa dramatik di kafe Eben bersebab pergesekan nilai-nilai tradisi dan tatanan sosial masa kini.


Shooting Gelombang ke 6 ini menandakan proses telah menyelesaikan 60% keseluruhan scene yang akan diambil dari 8 gelombang yang direncanakan.


Dalam perjalanan kali ini, titik-titik lokasi shooting berpotensi besar membentuk ekosistem wisata alam Kawasan Tongging.


Kemudian wisata Sejarah yang berfokus pada Museum Jamin Ginting di Suka; sosok pahlawan Kemerdekaan yang daya juang dan kesetiaannya pada Republik ini terlah teruji dalam tumbuh kembang kebudayaan Karo di Nusantara.


Setelahnya kami akan mengeksplor wisata kuliner yang berpadu dengan wisata alam di Siosar puncak 2000, beranda Gunung Sibuaten.


Perjalanan shooting yang berupaya maksimal mengeksplor Kawasan Karo Volcano Park sebagai destinasi wisata bertaraf internasional adalah tujuan produksi film Perik Sidua-dua [inseparable souls in Tongging] sebagai Film Katalog.


Film Katalog ini dimaksudkan selain untuk hiburan, juga didedikasikan sebagai media edukasi dan promosi tentang destinasi-destinasi wisata yang bertumbuh di Karo sekaligus mensosialisasikan tatanan tradisi, seni dan budaya yang hidup di dalamnya.


Sebelumnya, Shooting Gelombang Film ke 4 dan ke 5 Film Layar Lebar Perik Sidua-dua digelar pada dua lokasi yang berbeda.


Pada gelombang ke 4 Shooting Film difokuskan di Gardu Pandang Tongging, Sabtu-Senin/ 2-4 September 2023 yang mengambil gambar scene-scene terkait kebersamaan Jilena dan sahabat-sahabatnya membangun kampung halaman dengan berbagai dinamika persoalan yang menghadang.


Kemudian gelombang ke 5 Shooting Film difokuskan di Villa Tebu Manis Berastagi, Jumat-Minggu/8-10 September 2023 yang mengambil scene-scene pergolakan keluarga Jilena atas pilihannya untuk terus berjuang membangun kampung halaman dengan Traval Tongging & Tourismnya.


Pada gelombang ke 4 kami mengenalkan tempat kelahiran dan tumbuh kembang Jilena hingga ia berdiaspora ke tanah Pasundan, kemudian memilih kembali ke kampung untuk memajukan kampung halaman dengan berbagai macam destinasi wisata; ketika dikelola dengan manajemen yang baik berpeluang besar jadi sandaran perekonomian Masyarakat Karo.


Sebuah gagasan yang pada perjalanannya mengalami berbagai macam kontroversi disebabkan gender. Walaupun sedikit galau, karena mendapat tekanan dari keluarga sendiri,  Jilena mampu bertahan untuk meneruskan cita-citanya.


Tekanan dan konflik yang terjadi di Keluarga Jilena kami hadirkan pada Shooting Gelombang ke 5. Berfokus di Villa Tebu Manis, Dolat Rayat sebagai pilihan artistik yang dipengaruhi kelas sosial keluarga Jilena di tanah Karo. Lalu kami bergerak ke Revan Bukkita Resto & Homestay, Ujung Sampun yang digunakan sebagai Penginapan Bi Sungam.


Dari Revan Bukkita kita mengetahui betapa tinggi semangat Jilena untuk membuka usaha Travel Tongging & Tourism. Pada perjalanan ini kami juga menggunakan rumah Wakil Ketua DPRD Karo, Bapak Sadarta Bukit sebagai lokasi shooting.


Hal ini menunjukkan dukungan penuh legislatif terhadap Film Perik Sidua-dua sebagai karya anak Sumatera Utara memperkenalkan potensi alam, tradisi, budaya, sosial dan Sejarah tanah Karo ke dunia. Sebelumnya kami juga mendapat dukungan penuh dari Ketua DPRD Sumut, Bapak Baskami Ginting.


Shooting Film Layar Lebar Perik Sidua-dua dirancang secara bergelombang dari Juni hingga September dimaksudkan membentuk Dramaturgi Shooting Film, seperti halnya pertunjukan teater yang mengenal dramaturgi.


Pada setiap gelombang shooting kami menyusun dramatik cerita sebagaimana puzzle-puzzle yang berserak kami kumpulkan kemudian kami tata sedemikian rupa.


Pada gelombang pertama dan kedua; latar belakang dan profil pemeran pendukung kami kenalkan dalam membangun motif permasalahan yang muncul.


Pada gelombang ketiga; pemeran utama kami hadirkan dalam menata komunikasi dan interaksi dengan pemeran pendukung terdekatnya. Lalu pada gelombang ke empat dan ke lima kami hadirkan struktur permasalahan, sistematika konflik dan upaya-upaya yang dilakukan pemeran utama agar dapat bertahan pada tujuan kehadirannya dalam film ini.


Dramaturgi Shooting Film ini kami sandingkan dengan latar alam, sosial dan budaya yang tumbuh bersusun-susun di tanah Karo. Sebuah karya sinema yang hendak menghadirkan ekosistem sosial dan budaya yang beririsan dengan bentang alam Karo dari hulu ke hilir.


Sebagaimana cita-cita awal film ini untuk membuat jalan baru proses kreatif produksi film, maka kami juga berupaya membangun fondasi baru yang kemudian akan  dikembangkan dalam produksi-produksi Film selanjutnya.


Film yang 50% mengeksplor Kawasan Tongging ini dikarenakan dari sinilah pemeran utama itu lahir, tumbuh dan besar kemudian bersosialisasi dengan teman-teman dan alam sekitarnya.


Dengan pengalaman yang dimilikinya kemudian ia bangun cita-cita yang pada akhirnya mengantarkannya pada cinta sejati dua bangsa. Sikap terbuka Masyarakat Karo tercermin di Kawasan Tongging ini.


Hal itu dapat kita lihat dengan dengan keterpaduannya empat etnis; Karo, Toba, Simalungun dan Pakpak dalam interaksi sosial mereka sehari-hari. Perpaduan 4 etnis ini sering disebut Sipitu Huta atau Siptoe Koeta.


Panorama yang indah, sistem adat dan tradisi yang kuat, seni budaya yang terawat menjadi faktor penting film ini hadir di hadapan kita semua.


Film yang mengajarkan pada kita akan kesetiaan pada cita-cita untuk menata masa depan tanpa harus mengobrak-abrik tatanan budaya tapi masih memiliki kemerdekaan dan kedaulatan untuk melakukan modifikasi-modifikasi pada tatanan yang sudah ada. Sebuah karya yang mendorong potensi lokal menunjukkan kualitasnya di kancah nasional dan internasional.


Antara Tongging dan Siosar ada desa Pangambatan, Naga Lingga dan Partibi. Ini merupakan jalur wisata masa depan yang menghubungkan Danau Toba dan dataran Tinggi Karo yang istimewa. Tidak berlebihan kami menyebutnya Taman Gunung Api (Karo Volcano Park).


Dari Tongging, Shooting Gelombang ke 6 Film Layar Lebar Perik Sidua-dua dimulai dengan meletakkan cita-cita dan cinta menata masa depan di Gardu Pandang Tongging.


Seluas pemandangan, gugusan pegunungan dan Danau Toba yang terbentang proses kreatif ini terus bergerak berkembang menuju asa yang telah direntang.



Produser : Benson Kaban Sutradara : Agus Susilo Penulis Naskah : Hujan Tarigan





Editor : Arjuna H T M






Membentang Asa Di Gardu Pandang Tongging. Cita-Cita dan Cinta Bersinergi Menata Masa Depan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar